Indonesia merupakan negara kepulauan dengan budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Keragaman sosial budaya Indonesia merupakan suatu faktor terciptanya kebudayaan tradisional yang mendunia. Keberadaan budaya tradisional seringkali dipandang sebagai ekspresi dan identitas budaya yang berlandaskan kearifan lokal dan keunikan masyarakat. Kesenian tradisional ada dan berkembang melalui tradisi atau adat istiadat masyarakat serta untuk mempertahankan status sosial masyarakatnya (Siburian etl al., 2021).
Keanekaragaman budaya menunjukkan adanya serangkaian perbedaan cara berpikir dan keyakinan antar budaya yang berbeda-beda di Indonesia. Namun, kebudayaan tradisional Indonesia saat ini sedang mengalami krisis serius akibat pengaruh globalisasi. Yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, generasi muda lebih tertarik pada budaya asing dan mengabaikan budaya tradisionalnya. Hal ini dapat menimbulkan krisis bagi kelestarian budaya tradisional Indonesia di masa depan. Perubahan seringkali terjadi dalam kebudayaan di Indonesia dan terjadi karena adanya unsur-unsur masyarakat yang ingin mengalami perubahan sehingga menimbulkan perubahan yang signifikan, termasuk masuknya unsur globalisasi dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi merambah tanpa terkendali sehingga memunculkan adanya krisis kebudayaan nasional yang merupakan perwujudan budaya lokal di setiap daerah dari sabang sampai Merauke.
Kehadiran globalisasi berperan dalam perkembangan atau berubahnya interaksi sosial, budaya, atau kebiasaan masyarakat. Perubahan budaya masyarakat tradisional dari masyarakat yang tidak menerima adanya perubahan menjadi masyarakat yang mudah sekali menerima adanya perubahan merupakan bukti nyata terjadinya globalisasi. Dalam konteks kebudayaan saat ini, kebudayaan nasional cenderung mengarah pada globalisasi, menarik masyarakat pada umumnya ke dalam peradaban global dalam bidang kebudayaan (Asisah et al., 2023).
Di era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia khususnya generasi muda lebih tertarik mempelajari budaya asing dibandingkan budaya sendiri, seperti yang bisa kita lihat dan dapat kita rasakan sendiri bahwa generasi muda saat ini kerap meniru banyak tren terkini, mulai dari positif hingga negatif, makanan terkenal di banyak negara, seni, hingga gaya hidup. Menghadapi kenyataan hal itu, masyarakat lebih menyukai budaya yang datangnya dari luar negeri karena masyarakat anggap hal tersebut lebih menarik dan unik, sehingga menimbulkan krisis kebudayaan Indonesia karena berkurangnya minat generasi mendatang untuk mempelajari dan mewarisinya. Beragam sosial budaya Indonesia merupakan suatu faktor terciptanya kebudayaan tradisional yang mendunia. Kebudayaan tradisional Indonesia mempunyai nilai yang sangat penting bagi keberlangsungan masyarakat Indonesia. Perubahan seringkali terjadi dalam kebudayaan di Indonesia dan terjadi karena adanya unsur-unsur masyarakat yang ingin mengalami perubahan sehingga menimbulkan perubahan yang signifikan, termasuk masuknya unsur globalisasi dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi merambah tanpa terkendali sehingga memunculkan adanya krisis kebudayaan nasional yang merupakan perwujudan budaya lokal di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke (Tobroni, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2017) menyatakan bahwa krisis terhadap budaya tradisional di era globalisasi merupakan permasalahan yang kompleks dan mendesak. Globalisasi yang mencakup penyebaran budaya, teknologi, dan informasi secara luas di seluruh dunia, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya tradisional. Krisis besar terhadap budaya tradisional di era globalisasi, yakni Homogenitas budaya, dimana banyak unsur budaya lokal menjadi terstandarisasi atau bahkan hilang.Kemudian pengaruh media dan hiburan global seperti film asing, musik, dan televisi dapat mempengaruhi pemikiran dan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut dapat menggantikan budaya tradisional dengan budaya pop global yang seringkali berbeda. Perubahan gaya hidup termasuk makanan, pakaian, dan perilaku dapat terjadi sebagai akibat dari globalisasi. Budaya tradisional harus beradaptasi atau bahkan menghilang karena perubahan ini. Penurunan bahasa tradisional karena generasi muda lebih tertarik mempelajari bahasa asing, sehingga dapat menghilangkan bagian penting dari budaya tradisional.Point terakhir, kekurangan pendidikan formal dan pengetahuan tentang budaya tradisional dapat mengancam kelangsungan budaya.
Perubahan zaman bisa saja terus terjadi, tetapi upaya dalam pelestarian budaya tradisional harus berkembang agar perkembangan tersebut berdampak positif terhadap pelestarian budaya Indonesia. Jika memikirkan secara global, maka secara alami kita akan lebih terbuka terhadap dunia luar, sehingga wawasan kita akan meluas dan mengetahui perkembangan apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Menjadi warga negara yang baik perlu memiliki keahlian dalam mencerna atau memilah apa yang seharusnya akan kita terima dari luar.
Di tengah arus globalisasi yang tak terbendung, seni dan budaya lokal semakin menghadapi tantangan untuk bertahan. Generasi muda kini lebih mudah mengakses berbagai bentuk budaya populer dari luar negeri melalui media sosial, film, musik, hingga fashion yang semakin mendominasi pasar. Hal ini memang membawa dampak positif dalam hal keterbukaan dan kemajuan, tetapi apakah kita menyadari bahwa fenomena ini dapat mengancam kelestarian seni dan budaya lokal?
Seni dan budaya adalah warisan yang menjadi identitas suatu bangsa. Ketika budaya lokal mulai terpinggirkan, kita tidak hanya kehilangan kesenian tradisional, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Setiap bentuk seni tradisional membawa pesan, ajaran, dan filosofi yang mengakar kuat pada sejarah dan kehidupan nenek moyang. Wayang, misalnya, tidak hanya sekadar tontonan, tetapi mengandung nilai-nilai kehidupan, etika, dan filosofi yang masih relevan hingga kini. Namun, bagaimana generasi muda dapat mengenal dan mencintai seni dan budaya lokal jika mereka tidak diberikan akses yang cukup atau dorongan untuk melestarikannya? Di sinilah peran pendidikan, teknologi, dan keluarga sangat penting. Pendidikan seni dan budaya yang komprehensif di sekolah-sekolah dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya melestarikan warisan budaya. Tidak hanya sebagai bagian dari sejarah, tetapi juga sebagai identitas yang harus dijaga. Selain itu, keluarga juga berperan dalam menumbuhkan kebanggaan pada budaya lokal.
Teknologi seharusnya menjadi alat yang membantu seni dan budaya lokal untuk bertahan dan berkembang. Media sosial, misalnya, bisa menjadi sarana yang efektif bagi para seniman dan kreator budaya untuk memperkenalkan karya mereka. Banyak anak muda yang kini menggunakan platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk menampilkan seni tari tradisional, musik gamelan, atau kerajinan khas daerah mereka. Ini membuktikan bahwa semestinya, budaya lokal masih bisa bertahan di tengah derasnya arus globalisasi selama kita kreatif dalam mengemasnya. Namun, pelestarian seni dan budaya lokal tidak hanya menjadi tanggung jawab individu atau komunitas seniman. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan nyata, misalnya dengan menyediakan fasilitas yang memadai, menggelar festival budaya, atau bahkan menyediakan insentif bagi para seniman lokal. Hal ini akan memotivasi generasi muda untuk tetap berkarya dan mengembangkan seni budaya lokal mereka.
Di era yang serba modern ini, kita mungkin sering lupa bahwa seni dan budaya lokal adalah bagian dari identitas kita. Ketika dunia semakin homogen dan seragam, budaya lokal adalah yang membedakan kita, membuat kita unik, dan memperkaya keberagaman global. Dengan terus melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya lokal, kita tidak hanya menjaga warisan nenek moyang, tetapi juga membentuk jati diri bangsa untuk generasi mendatang. Mari kita jaga, cintai, dan banggakan seni serta budaya kita. Di tengah segala kemajuan, biarkan seni dan budaya lokal tetap hidup dan menjadi inspirasi, bukti bahwa kita masih menghargai akar identitas kita di tengah gempuran budaya global.
Referensi :
Sita, P. S. (2013). Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia Di Kalangan Remaja. Surabaya: ITS.
Indriani, E. D., Dewi, D. A., & Hayat, R. S. (2024). Krisis Budaya Tradisional: Generasi Muda dan Kesadaran Masyarakat di Era Globalisasi. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5(1), 77-85.
Leave a Reply